Friday, March 20, 2015

CHAPTER 3: Patroli Udara

Penyusup

Tanggal 9 Februari 2020, kawasan udara di pulau Madura sekejap memanas ketika radar TNI AU mendeteksi lima titik kecil yang terlihat pada komputer radar. Lima pesawat asing yang kemudian diketahui dari hasil identifikasi radar, adalah pesawat F-14 Tomcat yang terbang di wilayah teritori Indonesia. Dari pantauan radar, keenam Tomcat tersebut terbang cukup lama, lebih dari satu jam. Nampaknya mereka sedang berlatih manuver latihan tempur. Untuk sementara Komando Sektor II Pertahanan Udara Nasional belum melakukan tindakan identifikasi dengan cara mengirimkan pesawat tempur, karena tiba-tiba kelima Tomcat tersebut menghilang begitu saja dari pantauan radar.

Dua jam kemudian radar Komando Sektor II kembali menangkap manuver Tomcat. Kerena itu Panglima Kohanudnas menurunkan perintah untuk segera melakukan identifikasi visual. Apalagi manuver kelima Tomcat itu dirasa sudah sangat mengganggu jalur penerbangan pesawat komersial yang akan menuju ke Surabaya dan Bali, ditambah lagi mereka tidak melakukan komunikasi sama sekali dengan Air Traffic Control (ATC) terdekat.

Patroli Udara


Selain itu, para penerbang diminta agar tidak mengunci mereka (lock on) layaknya sasaran, dengan radar atau rudal sehingga misi identifikasi tidak dianggap sebagai suatu ancaman bagi mereka. Namun, untuk menghadapi hal yang tak terduga, dan tidak diinginkan, kedua F-16 tersebut, masing-masing dilengkapi dengan dua rudal AIM-9 P4 dan 450 butir amunisi kanon kaliber 20 mm.









Menjelang petang, falcon flight F-16 melesat ke udara. Tak lama kemudian kehadiran mereka langsung disambut oleh dua F-14 Tomcat. Radar falcon flight segera menangkap kehadiran dua Tomcat yang terbang cepat dalam posisi siap tempur, melesat dari arah belakang kedua F-16 tersebut. Sedangkan keempat Tomcat yang lain terbang dengan kecepatan sedang dibelakang dua Tomcat yang sudah melesat lebih dahulu, sebagai pelindung dua Tomcat didepannya.

Perang radar atau radar jamming antara kedua pihak pun berlangsung seru. Yang lebih menegangkan adalah pada saat yang sama, F-16/B sebagai leader yang berada pada posisi terdepan telah dikunci, lock on, oleh radar dan rudal salah satu Tomcat tersebut. F-16 kedua yang terbang dalam posisi supporting fighter dibelakang F-16 pertama juga dikejar oleh dua Tomcat lainnya. Namun posisi F-16 kedua lebih menguntungkan (tapi tetap saja mudah jadi sasaran empuk, tidak untung-untung amat, apalagi dalam posisi 2 lawan 5). Jika memang harus terjadi dog fight F-16 kedua bisa memberi bantuan pada F-16 pertama.

Untuk menghindari sergapan rudal lawan seandainya memang benar-benar diluncurkan, F-16 pertama akan leluasa melakukan manuver, “hard break turn”, berbelok tajam hampir 90o ke arah kanan atau kiri untuk menghidar, serta melakukan gerakan zig-zag. Manuver tempur itu dilakukan secara bergantian baik oleh F-16 maupun Tomcat yang terus ketat menempel. Melihat keadaan yang makin memanas, F-16 kedua lalu mengambil inisiatif untuk memberi kode pada Tomcat-Tomcat itu dengan cara mengoyang-goyangkan sayap peasawat (rocking wing) sebagai tanda bahwa kedua pesawat F-16 TNI AU tidak mempunyai maksud mengancam.

All Clear! ... RTB!

Sekitar satu menit kemudian, kedua F-16 berhasil berkomunikasi dengan keenam Tomcat yang mencegat mereka. Dari komunikasi singkat itu akhirnya diketahui bahwa mereka (penerbang-penerbang Tomcat) sedang mengklaim terbang di wilayah perairan internasional. “We are F-14 Tomcat from US Navy fleet, “Eisen Hower”, our position is on International water, stay away from our aircraft”. F-16 pertama lalu menjelaskan bahwa mereka sedang melaksanakan patroli dan bertugas mengidentifikasi visual serta memberi tahu bahwa posisi F-14 mereka berada di wilayah Indonesia. Mereka juga diminta untuk mengontak ke ATC setempat, karena ATC terdekat, Bali control, belum mengetahui status mereka.

Namun yang terjadi adalah dua dari empat pesawat tersebut mengintimidasi dua Falcon flight. Dua pesawat di depan sengaja memposisikan diri di depan Falcon flight dan menjadikan dirinya sebabagi sasaran sementara dua lainnya melakukan manuver hard break turn, satu ke kiri dan satu ke kanan. Kedua Falcon flight mengetahui hal tersebut, namun apa daya, mereka tetap fokus pada dua pesawat di depannya dan tetap berusaha meyakinkan mereka bahwa mereka buka sedang berada di perairan internasional seperti yang mereka utarakan.

Kedua Falcon flight menyadari bahwa mereka berada dalam posisi yang sangat tidak menguntungkan, karena jika mereka berdua melakukan tindakan offensive maka kemungkinannya kecil sekali untuk menang dan armada kapal induk milik AS tidak akan tinggal diam.

Tak seberapa lama kedua F-14 tomcat tadi sudah berada di belakang falcon flight dan masing-masing mengunci mereka berdua (lock on). Merekapun merasa terancam. Perasaan bercampur aduk, tegang, takut, dan gugup ... adrenalin meningkat drastis.

"Falcon one kita harus bagaimana sekarang?!" ...

"Tetap tenang number two, mereka tidak akan tembak kita tanpa sebab apapun, mereka hanya menggertak kita saja. Terlalu menganggap remeh kita"

"Baik number one, tapi saran saya sih sebaiknya kita memanggil bantuan"

"Baik saya setuju number two, saya akan minta bantuan skadron tempur khusus. Karena dalam situasi seperti ini hanya merekalah yang bisa kita andalkan"

"Roger that number one"



Usai kontak, Tomcat-Tomcat itu kemudian terbang menjauh tanpa pamit dan menghilang dibalik awan, datang tak dijemput-pulang tak diantar. Sedangkan kedua F-16 TNI AU diperintahkan untuk Return To Base (RTB), kembali ke pangkalan, Neo Tech Armatim.

Sepertinya mereka terlalu meremehkan kedua falcon flight tadi. Tapi apabila dilihat dengan seksama. Sebenarnya falcon flight adalah pemenangnya, karena mereka telah berhasil dalam menjalankan misi tanpa ada korban dari kedua belah pihak. Kesimpulan lainnya adalah bahwa pilot-pilot AS benar-benar pecundang. Enam Tomcat lawan dua Fighting Falcon. Siapa yang tidak bisa meraih kemenangan dengan cara keroyokan seperti itu.

No comments:

Post a Comment