Saturday, June 6, 2015

CHAPTER 14: Antara Hidup Dan Mati ( Fourth Mission )

Keesokan harinya Aku dipersiapkan dan ditugaskan untuk memimpin serangan gelombang ketiga ke dataran tinggi Jaya Wijaya dengan VFX-09 Hallorran versi tandem seat ( versi yang belum sepenuhnya sempurna, alias versi uji coba ). Ini merupakan misi pertempuran pertama kami dengan menggunakan Hallorran versi tandem seat yang notabene belum sempurna betul sistem yang dimilikinya (  banyak yang belum teruji secara teknis ), namun sudah benar-benar layak terbang ( sekedar terbang saja, tanpa teruji bagaimana kemampuan elektronika yang ada pada pesawat termasu sistem persenjataannya ), tidak seperti pada Hallorran versi single seat yang memang benar-benar sudah teruji secara keseluruhan. AU biasanya menempatkan pilot tempur yang berpengalaman dengan yang tidak berpengalaman atau sebaliknya.

Malam 16-17 januari 1991, setelah 6 jam tertidur karena efek obat sakit kepala yang Aku minum, Ketiga sahabatku menjemputku dalam ruang kamar khusus ‘VIP’ yang Aku tempati, yang memang khusus disediakan untuk seluruh awak Hallorran, kemudian kami langsung segera menuju ke landasan. Di Intelligence Room, awak Skadron XV formasi 8 pesawat yang sebentar lagi akan berangkat, tengah menyanyikan ‘lagu skadron’ menuju medan perang. Dalam rapat pengarahan khusus, selain sasaran landasan Ar rumaylah di selatan Irian Jaya, kami juga membicarakan tentang peta pertahanan lawan; jumlah sarang tripple A, SAM-3 serta SAM-6. Sementara kami menyerang landasan pacu., F-16 Filipina melakukan penyerangan pada sarang HAS dan F-16 AU Thailand menyerang sumur minyak serta pangkalan militer yang ada disebelah tenggara.

Setelah rapat, kami kembali ke Ops Room untuk mendapat pengarahan intelejen terakhir kami. Dengan mengumandangkan lagu ke medan perang skadron kami, resmilah formasi kami melakukan operasi dengan sandi Iron Knight, operasi Kstaria Besi.

Pada saat yang bersamaan, terdengar suara yang memekakkan telinga muncul dari engine test cell. Di tempat ini para ground crew dengan amat teliti melakukan pengecekan engine pasawat yang sedang dalam fase pemeliharaan. Setelah digunakan dalam jam terbang yang telah ditentukan., engine akan dilepas dari pesawat dan dikirim dari skadron udara ke Skadron Teknik ( skatek ) 042 untuk mendapatkan pemeliharaan. Skatek 042 bisa disebut sebagai “Rumah Sakit”-nya pesawat-pesawat tempur Neo Tech Iswahjudi. Dalam proses pemeliharaan, Skatek 042 memiliki engine test cell untuk tes akhir. Bila telah dinyatakan lulus, engine akan diserahkan ke skadron Udara untuk dipasang ke pesawat. Setelah terpasang, ground crew akan melaksanakan engine ground run. Lulus dari fase ini, maka dilaksanakanlah uji terbang oleh penerbang senior yang telah memiliki kategori test pilot. Para penerbang inilah yang akan menentukan apakah pesawat dengan engine yang baru mendapatkan perawatan tersebut layak terbang atau tidak.

Strike operations ini belum-belum sudah memberikan kejutan. Bagian triple A ( meriam anti pesawat ) dan lokasi Surface to Air Missile ( SAM ) pada peta ditandai dengan paku warna-warni begitu banyak, hingga secara visual menyerupai gambar pohon natal. Padahal setahun sebelumnya, peta itu boleh dikatakan tampil tanpa paku-paku tersebut.

Hijau barisan hutan belantara yang ada di gunung dan dibalik gunung tampak menghampar luas di bawah kami saat mendekati titik pertemuan. Melintasi langit diatas langit, melewati selat membelah pulau, dan air samudra terlihat memantulkan hangat cahaya surya, air laut terlihat tenang, semakin bening semakin tenang, semakin bening air dibalik birunya yang merayu-rayu nurani tuk memalingkan muka dari peperangan.

Kami berusaha terbang di atas 3.00 kaki, menghindari radius tembak senjata kecil. Tak lama kemudian, mata kami sudah menangkap cat doreng hijau army-coklat sayap bagian atas Broky ( sebutan kami untuk pesawat OV-10 Bronco ) yang tengah menanti kami di titik pertemuan di udara. Kami harus menyerang kedudukan-kedudukan meriam di jalan yang membentang dari jembatan Bnot sampai wisma bea Cukai diatas, tempat sekarang tegak monumen besar untuk memperingati korps Lapis baja. 

“Showtime, ada tiga truk pengangkut pasukan parkir sepanjang jalan”. Laporan dari Broky. Berputar di ketinggian 15.00 kaki, kami mengamati Broky mulai beraksi. Pesawat baling-baling itu menukik tajam, mengarah ke barisan truk sambil menembakkan sebuah roket. Tapi roket itu meledak 10 meter sebelah selatan truk-truk tersebut. Ketika Broky bersiap melakukan penembakan kedua, Aku melihat moncong AAA 37 mm tampak muncul membidik OV-10 tersebut. “Broky awas, mereka akan menembak anda!” seru Anin yang secara reflek berseru mengingatkan Broky.

Broky melakukan roll dan menambah tenaga pesawatnya  untuk tetap mengincar sasaran dan berhasil menembakkan sebuah roket persis ditengah barisan truk tersebut. Seperti petunjuk yang diterima bagi semua pilot tempur yang pernah menjalani pendidikan di Top gun- mengarahkan pesawat ke arah rudal yang menembak untuk membingungkan tracking rudal terhadap pesawat. Dengan lega Kami berdua melihat Broky menaikkan hidung ke atas. “Okay navy” suara Broky di radio komunikasi. 

Seluruh Lembah Hula berada dalam amukan api dan dari udara semuanya seperti gumpalan asap raksasa. Kami mengebom dari jarak yang cukup tinggi, kemudian turun untuk memberondong tank-tank musuh. Sebaliknya kami diberondong oleh meriam-meriam sasaran udara yang rapat sekali. Sekali lagi Broky beraksi untuk membabat habis meriam-meriam lawan, karena itu sudah spesialisasinya, melakukan penyerangan darat. Sederetan meriam berhasil dia hancurkan. “Enam kosong Hallorran” ... Pesawat OV-10 Bronco itu tiba-tiba sudah menjadi gumpalan api ketika sebuah peluru 37 mm tepat mengenanya. Kami berdua hanya terperangah di dalam kokpit Hallorran. Baru kali ini Kami melihat pesawat kawan ditembak jatuh beserta pilotnya. Biasanya pada saat pertempuran berlangsung, Aku selalu melihat pilot-pilot dari pihak kawan berhasil melakukan eject sebelum pesawat mereka membentur bumi. Rasa tak berdaya merasuki pikiranku. Aku melihat Broky jatuh menimpa hutan belantara dan meledak untuk kedua kalinya hingga membakar sebagian hutan dan terlihat asap hitam membumbung tinggi ke angkasa. 

“Ada tembakan meriam!” seru dua F-5 tiger II yang ikut dengan penerbangan Kami. Dalam beberapa detik ledakan ketiga tampak membahana di hutan belantara. Aku dan Anin memutuskan untuk berputar, menghindar. Mengikuti dua F-5 tiger II tadi. Sedih rasanya ketika kami terbang melintasi pesawat kawan yang tertembak tadi. Pesawat tinggal lima dalam satu formasi ( dua Halloran, Dua F-5 tiger II dan satu OV-10 Bronco ), pimpinan Aku ambil alih, “OK! ... RTB! ( Return To Base ) ... kita isi bahan bakar dan laporkan apa yang telah terjadi”.

Selesai mengisi bahan bakar di udara, kami pun memasuki daerah padang pasir selatan Irian Jaya, Al Badiyah. Tidak seperti terbang di tengah daerah perkotaan, di bawah kami yang terlihat hanya hamparan warna hijau padang alang-alang dan pepohonan yang sangat rimbun. Halloran kami meraung di pemukiman orang bodouin, di tengah padang alang-alang itu.

Makin masuk dalam pelosok, kami melihat sebuah highway yang dibuat ditengah-tengah hutan dan tampak samar dari ketinggian karena tertutup semak belukar dan pepohonan, penuh dengan kendaraan militer. Berikut sejumlah besar convoy D-myth lengkap dengan senjatanya.

Aku berseru sebagai leader , “ Tally hoooo! ... OK, kita mulai! ” ( Tally Ho, istilah penerbang saat melihat musuh ), dari radar, kami bisa melihat langsung daerah sasaran. Anin mulai menandainya di komputer pesawat.

Mendekati daerah sasaran, Anin mulai mengacaukan radar musuh ( Jamming ). Saat itulah kami melihat peluru Tripple A ( AAA ; Anti Aircraft Artillery )‘melesat’ debu dan kotoran berterbangan ketika booster misil menyala, nyala api putih tampak menyertai misil  dan mulai memburu kami dengan kecepatan mach 3 plus, di angkasa yang begitu luas. Dari dalam kokpit pesawat, tidak terdengar apa-apa. Kami seperti menonton film bisu karena peredam suara yang terpasang di dalam kokpit.

Kami dalam posisi mengarah dan berhadapan dengan sasaran yang telah terlihat nun jauh di bawah. Saatnya untuk menembakkan roket, “Tiga!, dua!, satu!, PULL!”. Seru Anin.

No comments:

Post a Comment